Kamis, Februari 10, 2011

Takdir Berkata Lain


Pengalaman ini berawal saat aku selesai lulus dari SLTA. Obsesi aku untuk masuk di instansi pemerintah membuat aku tidak ada keinginan untuk ikut tes di perguruan tinggi yang lain. Waktu itu aku cuma mantep daftar di STAN. Padahal aku tahu daftar di situ kemungkinan kecil bisa diterima.
Aku memenuhi semua syarat pendaftaran yang diajuin di STAN. Aku melamar pendaftaran disana. Setelah dinyatakan lolos pendaftaran, terus mengikutin tes ujian seleksi. Aku mengikutin tes yang diadakan STAN.
Jauh-jauh hari saya sudah mempersiapkan diri untuk mengikutin ujian di STAN sampai aku mengikutin acara tes uji coba ujian STAN. Tes STAN akhirnya tiba juga, aku mengerjakan tes tersebut dengan percaya diri. Aku berdoa semoga aku bisa diterima di STAN. Karena aku mempertaruhkan disini tanpa punya cadangan yang lain aku harus kuliah dimana?
Astaghfirullah…… ternyata takdir berkata lain, aku tidak diterima di STAN. Aku benar-benar kaget, aku harus kemana setelah lulus SLTA ini? Tiba-tiba aku dapat brosur dari salah orang yang mengasih aku di jalan setelah aku melihat hasil ujian di STAN.
Aku baca-baca, brosur apaan itu? Aku runtut membaca, ternyata itu pengumuman pendaftaran di Sekolah Tinggi Ekonomi di Semarang, wah pendaftaran paling telat besok, aku tidak bisa ngambil keputusan lama-lama. Di rumah aku berembug ma ayah akan brosur tersebut, apa aku harus daftar disitu?
Ayah memberikan aku masukan “ya sudahlah nak, jangan sedih! kau masuk di situ enggak apa-apa? Lagian itu juga sama-sama ada jurusan akuntansi yang sama seperti di STAN. Mungkin ini jalan kamu menuju kesuksesan”.
Akhirnya aku masuk di Sekolah Tinggi tersebut pada gelombang terakhir. Aku harus menguras uang banyak untuk uang pembangunan. Semua tak seperti yang aku bayangkan. Dulu aku termotivasi untuk lulus dari SLTA dengan nilai baik biar aku bisa masuk di STAN karena keuntungan yang diberikan di STAN, tanpa ada biaya untuk kuliah disana sehingga aku bisa membantu meringankan biaya dari ayah. Wah itu meleset, ini malah sebaliknya. Hati aku selalu bergumam”aku belum rela aku kuliah disini”.
Satu semester terjalanin, pada perjalanan kuliah aku belum merasa nyaman disini.hati aku masih menggundel juga. aku berdoa dan berniat dalam hati, ”kalau semester pertama ini aku tidak dapat IP lebih dari 3,0 aku mau keluar dari kampus ini, alhasil allah tidak mengabulkan doaku. Aku malah dapet IP 3,5”.
Apa yang salah dari doa aku ya? Ko’ enggak terkabul. 1 semester telah terlalui, kini masuk semester 2. Aku masih tetap aja belum ngerasa nyaman kuliah disini, dah biaya mahal, kuliah tanpa punya skill disini, akuntansi dunia bidang yang belum pernah aku dapatkan di SLTA, karena aku jurusan IPA.
Terlontar doa dari dalam diriku, “andai semester 2 ni nilai IP aku jatuh di bawah 3,0 aku bener-bener mau keluar kuliah disini, Subhanallah….. hasilku masih tetap bagus IP aku masih di atas 3,0 aku dapat IP 3,4”.
Pertanda apa ya…..? apa aku harus tetap lanjut kuliah disini?
Aku masih tetap pengen bisa masuk di STAN. Akhirnya setelah 2 semester terlewatin kuliah di sini. Aku masih nekat tuk daftar lagi di STAN. Ayah memperbolehkan aku tuk daftar lagi disana.
Semangat yang ada pada diriku untuk daftar di STAN belum surut juga. aku daftar lagi di STAN. Walaupun harus keluar biaya pendaftaran lagi. Seperti tahun sebelumnya ada penyeleksian nilai ujian di SLTA untuk pendaftaran memenuhi syarat atau tidak?  
Ujian STAN mulai juga. aku berharap bisa masuk di STAN. Selain di STAN, aku juga daftar kuliah di instansi pemerintah lainnya juga di Sekolah Tinggi Statistik. Pendaftaran di sana juga dipungut biaya pendaftaran. Aku harus keluar biaya dobel tuk daftar kuliah lagi. Huhuhu….
Setelah menjalanin ujian di kedua sekolah tinggi instansi pemerintah tersebut. Akhirnya tiba juga pengumuman lolos atau tidak. “Astaghfirullah…. Aku gagal lagi. Tak satu pun yang lolos dari kedua instansi pemerintah yang aku daftar”.
Mungkin ni takdir yang enggak bisa aku lawan, mungkin dah jalannya aku kuliah disini sampai selesai. Walaupun susah menurut aku dengan dijejelin mata kuliah yang asing di telinga aku. Aku berharap moga aku bisa selalu bersaing dengan sehat di mana pun aku berada. Semoga aku bisa jadi orang sukses. 


 Related Post:

4 comments:

  • fizer0 says:
    11 Februari 2011 pukul 06.33

    Bertolak belakang dengan saya, Saya dulu sama sekali nggak pengin masuk STAN, saya cuma nemenin kedua temen saya yg kepengen bgt masuk STAN (itung2 sambil jalan2 ke Jogja) dan saya nggak pernah ada persiapan buat belajar apapun. Alhasil, saya malah keterima di STAN, dan temen saya nggak.

    Saya sudah bertekad untuk tidak akan saya ambil karena rencana saya sejak awal SMA adalah untuk masuk jurusan elektro (saya sudah berkuliah sekitar 3 hari), tapi sesuai saran ortu akhirnya saya ambil juga (dengan berat hati)... Sekarang saya malah sangat bersyukur bisa kuliah disini..

    ~Bukan apa yang kita pilih, tapi bagaimana menjalani pilihan yang ada~

  • Anny R. says:
    11 Februari 2011 pukul 16.52

    sukses selalu ya teman..... selamat dah keterima di STAN.....
    jangan lupa kalau dah jadi orang sukses jangan lupakan akhlak.

    ok dech! aku jalanin apa yang menjadi jalan ku..... aku yakin, banyak jalan menuju sukses. kalau jalan ini gagal masih ada jalan yang lain asalkan itu enggak melenceng dari jalan yang diridhoi allah

  • dpermata says:
    13 Agustus 2011 pukul 13.16

    ya ampun. kakak sabar ya :'(
    aku doain smoga kakak jadi org sukses dech :))

  • Anny R. says:
    14 Agustus 2011 pukul 23.05

    makasih atas doanya.....

Posting Komentar